Bioinformatika adalah salah satu
cabang baru ilmu biologi yang merupakan perpaduan antara biologi dan teknologi
informasi. Menurut Durso (1997) bioinformatika adalah manajemen dan analisis
informasi biologis yang disimpan dalam database.
Ilmu ini mengajarkan aplikasi, analisis, dan
mengorganisir miliaran bit informasi genetik dalam sel mahluk hidup. Studi
bioinformatika terutama didukung uleh studi genomik, biologi komputasi, dan
teknologi komputer. Menurut Roderick (lihat Hieter & Boguski, 1997),
genomik adalah studi yang berhubungan dengan pemetaan, sekuen, dan analisis
genom. Walaupun belum jelas, secara umum Genomik bisa diartikan sebagai
penggunaan informasi genom secara sistematis, dengan data eksperimental baru
untuk menjawab permasalahan biologis, medis, maupun industri (Jordan, 1999).
Bioinformatika sendiri
mencakup kajian yang lebih mendalam dari genomik. Dalam studi bioinformatika
digunakan komputer yang mampu menyimpan data dalam jumlah yang sangat banyak
dan didukung berbagai macam software untuk menganalisis jutaan data yang
berasal dari mahluk hidup.Perkembangan Bioinformatika
Studi Bioinformatika mulai tumbuh sebagai akibat dari perkembangan berbagai metode sekuens baru yang menghasilka data yang sangat banyak. Hal tersebut, secara kebetulan, didukung pula oleh teknologi penyimpanan, manajemen, dan pertukaran data melalui komputer. Inovasi dalam pemetaan dan sekuensing memiliki peran penting dalam proses pengambilan data biologis. Penggunaan Yeast Artificial Chromosome (YAC), sangat membantu dalam konstruksi peta fisik genom kompleks secara lengkap (Touchmann & Green, 1998). Untuk mengklon fragmen-fragmen DNA besar (sekitar 150.000 pasangan basa) digunakan bacterial Artificial Chromosome (BAC).
Kemungkinan, teknologi yang paling banyak
kontribusinya adalah teknologi PCR. Walaupun tergolong tua (PCR ditemukan tahun
1985), meode ini sangat efektif, dan telah mengalami penyempurnaan selama
bertahun-tahun.
Perkembangan teknologi sekuensing dimulai dan
semi-automatic sequencer yang pertama pada tahun 1987, dilanjutkan dengan Taq
Cycle sequencing pada tahun 1990. Pelabelan Flourescen fragmen DNA dengan
Sanger dideoxy Chain Termination Method, merupakan dasar bagi proyek sekuensing
skala besar (Venter et. al., 199).
Seluruh perkembangan tersebut sia-sia saja tanpa
obyek yang diteliti, yang memiliki nilai komersil tinggi dan data yang
berlimpah. Gampang ditebak, pasti Manusia melalui Human Genome Project.
Selain perkembangan dalam bidang Genomik,
Bioinformatika sangat dipengaruhi oleh perkembangan di bidang teknologi
informasi dan komputer. Pada fase awal (sekitar tahun 80-an) perkembangan yang
paling signifikan adalah kapasitas penyimpanan data. Dari hanya baeberapa puluh
byte (1980), hingga mencapai Terabyte (1 terabyte=1 trilyun byte),
Setelah pembuatan
database, selanjutnya dimulai perkembangan pemuatan perangkat lunak untuk
mengolah data. Awalnya, metode yang digunakan hanya pencariaan kata kunci, dan
kalimat pendek. perkembangan selanjutnya berupa perangkat lunak dengan
algoritma yang lebih kompleks, seperti penyandian nukleotida, menjadi asam-asam
amino, kemudian membuat struktur proteinnya. Saat ini, perangkat lunak yang
tersedia meliputi pembacaan sekuens nukleotida dari gel elektroforesis,
prediksi kode protein, identifikasi primer, perbandingan sekuens, analisis
kekerabatan, pengenalan pola dan prediksi struktur. Dengan perkembangan seperti
diatas, ternyata masih belum cukup. Kurangnya pemahaman terhadap sistem biologis
dan organisasi molekular membua analisis sekuens masih mengalami kesulitan.
Perbandingan sekuens antar spesies masih sulit akibat variabilitas DNA.Usaha yang dilakukan saat ini, baru mencoba mempelajari eori-teori tersebut melalui proses inferensi, penyesuaian model, dan belajar dari contoh yang tersedia (Baldi & Brunac, 1998). Perkembangan perangkat keras komputer juga berperan sangat penting. Kecepatan prosesor, kapasitas RAM, dan kartu grafik merupakan salah satu pendorong majunya bioinformatika. Terakhir perkembangan bioinformatika sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan jaringan Internet. Mulai dari e-mail, FTP, Telnet (1980-an), Gopher, WAIS, hingga ditemukannya World Wide Web oleh Tim Berners-Lee pada tahun 1990, mendukung kemudahan transfer data yang cepat dan mudah. Saat ini, telah tersedia sekitar 400 database biologis yang dapat diakses melalui internet.
Potensi dan Aplikasi Bioinformatika
Potensi komersial dari aplikasi bioinformatika
sangat menggiurkan. Pada tahun 1998 saja, pangsa pasarnya mencapai sekitar $290
juta, dan diperkirakan akan mencapai $2 milyar pada tahun 2005.
Selama bulan Maret tahun 2000 investasi pada bidang
ini sedikitberkurang. Hal tersebut disebabkan oleh pernyataan Presiden AS Bill
Clinton dan PM Inggris Tony Blair, yang membebaskan akses terhadap informasi
genom manusia sehingga dianggap menghalangi paten terhadap genom manusia. Tapi,
pada akhir bulan, investasi mulai kembali normal karena bioinformatika masih
dianggap cukup prospektif di masa depan.Menurut laporan Ventureone di Amerika
Serikat pada tahun 2001 dana-dana ventura telah mencapai $700 juta digunakan
untuk pengembangan bioinformatika.Sementara itu, kepala Divisi Teknologi Khusus
untuk Bioinformatika yang pertama di Microsoft menganggap, ini adalah peluang
yang amat besar. Penjualan komputer untuk ilmuwan-ilmuwan akan mencapai $43
juta.
Beberapa aplikasi bioinformatika
1.Transformasi sekuen menjadi informasi genetik.
Intinya adalah menjual data, dalam bentuk gen
komplit, atau fragmen, yang dapat digunakan oleh pihak lain untuk mencari
potensi terhadap gen tersebut.
2.Pasien sebagai komoditas
Pasien dengan kecenderungan terhadap penyakit
tertentu dapat diketahui, sehingga mudah sekali bagi perusahaan oba untuk
menawarkan produknya.
3.Mencari potensi gen
Potensi dari sebuah gen sangat beragam, bergantung
pada ekspresi gen tersebut. Aplikasi lebih lanjut dapat berupa transgenik,
terapi genetik, atau berbagai rekayasa dan pemanfaatan geneik lainnya.
Permasalahan dan tantangan yang dihadapi
Perkembangan yang sedemikian pesat menghasilkan
berbagai teknik dan perangkat baru dalam melakukan manajemen dan analisis data.
Karena beragamnya teknik dan perangkat tersebut, terjadi kesulitan dalam
perbandingan, penyimpanan, dan analisis data dari berbagai platform (Ladd,
2000). Usaha standarisasi sedang dilakukan belakangan ini. Salah satu usaha
standarisasi yang paling terkenal adalah BioStandard Project yang dilakukan
oleh European Bioinformatics Institute (Cambridge, UK). Proyek ini didanai oleh
European Bioinformatics Institute, The European Commission, dan beberapa
perusahaan farmasi. Dalam proyek tersebut, dilakukan pengembangan perangkat
lunak pengolah data yang sesuai dengan standar saat ini maupun masa depan
(Murray-Rust, 1994)
Selain standarisasi,
bioinformatika juga memiliki masalah lain, yaitu pengolahan data. Saat ini,
data yang berhasil dikumpulkan saat ini, sehingga membutuhkan waktu yang sangat
lama untuk dianalisis. Data dasar yang diperoleh dari data genomik hanya berupa
sekumpulan simbol A, G, T, dan C yang jumlahnya mencapai milyaran bahkan
trilyunan. Kesulitannya adalah bagaimana merubah simbol tersebut menjadi
-misalnya- gen penyakit asma. Proses menganalisis data genomik menjadi
informasi yang dapat dimengerti biasa disebut Data Mining. Dalam proses Data
Mining digunakan teknologi pengenalan pola (Pattern Recognition Technology) dan
analisis statistika untuk mengolah data dalam jumlah banyak (Wedin, 1999).
Tujuan dari Data mining adalah untuk mencari korelasi baru, pola, dan trend.
Permasalahan lain pun muncul menghadang. Sebagai disiplin ilmu yang baru
terbentuk, bioinformatika kekurangan SDM yang kompeten. Hal tersebut dijelaskan
oleh Craig Benham, seorang Profesor pada sekolah kedokteran Mount Sinai di New
York. Ia mengajar bioinformatika aplikasi teknologi informasi. Seperti
dijelaskan Benham, ia pada tahun 2000-2001 tidak memiliki murid di program
pasca sarjananya. Padahal, diprediksikan bidang ini membutuhkan sekitar 20.000
tenaga kerja terlatih yang kompeten dalam bidang biologi sekaligus ilmu
komputer.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar